Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa, dan STKIP Paracendekia NW Sumbawa dengan dukungan INOVASI menggelar TOT Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka Tahap 2B bagi Fasda dan Pengawas Kabupaten Sumbawa pada Jumat dan Sabtu (16-17 September 2022). Acara ini dibuka oleh Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, Husnul Alwan S.Ag.
TOT IKM 2B ini merupakan rangkaian dari dukungan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) khususnya pembelajaran literasi sesuai level kemampuan siswa yang sudah mulai diimplementasikan di beberapa sekolah dan madrasah sasaran di Kabupaten Sumbawa.
Sekitar 30 fasilitator pembelajaran dan pengawas mengikuti dua hari pelatihan ini. Mereka berasal dari unsur dosen, tenaga pendidik dan kependidikan terpilih yang datang dari berbagai wilayah di Kabupaten Sumbawa.
Saat memberikan sambutan pembuka, Husnul Alwan S.Ag menyampaikan 2B ini merupakan pelatihan lanjutan yang lebih mendalam dari kurikulum merdeka untuk meningkatkan mutu dan memperkuat kapasitas Fasda dan pengawas.
“Dikbud punya PR yang dilematis karena keterbatasan anggaran, tetapi dukungan INOVASI memperkuat Kabupaten Sumbawa dalam mewujudkan mimpi besar untuk implementasi kurikulum merdeka,” kata Husnul.
Menurutnya, guru harus punya ilmu untuk pengelompokan siswa dalam pembelajaran karena siswa berbeda-beda tingkat kemampuan literasinya.
“Saya pantau hasil asasment awal, ada anak kelas 4 baru pada level kata, sedangkan ada siswa kelas 1 pada level cerita. Artinya kemampuan siswa bervariasi, jadi tidak bisa diukur berdasarkan kelas, tentu ini keunggulan pada pembelajaran sesuai level kemampuan siswa” lanjutnya.
“PR kami kedepan, penyusunan program sesuai raport pendidikan, dalam mendukung peningkatan kemampuan literasi siswa sekolah dasar, maka kedepan trainer ini sebagai modal untuk meningkatkan kapasitas guru”.
Selain di sekolah sasaran, ia mendorong fasda diantaranya guru dan kepsek untuk implementasi kurikulum merdeka secara mandiri di sekolah masing-masing.
Disebutkan, pelatihan kepada lebih banyak guru melalui KKG sudah dilakukan.
“Kami juga berdayakan pengawas, maupun kepala sekolah di Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) agar melaksanakan hal yang sama,” kata Husnul.
Saat ini, pihaknya sedang memantau sekolah yang belum mengambil pilihan dalam uji coba implementasi kurikulum merdeka.
Ia mengakui, sistem pengimbasan tetap akan dilaksanakan. Sejauh ini, masih ada 10% sekolah yang belum memilih IKM.
Sementara, 90% sekolah sudah memilih baik mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.
“Kami harap persentase 90% itu pada 2023 sudah naik ke level mandiri berubah, sedangkan 10 % kita dorong mandiri belajar,” sebut Alwan.
Meskipun, IKM ditargetkan oleh Kemendikbud pada 2024 mendatang, ia percaya Kabupaten Sumbawa bisa melaksanakan itu lebih cepat. Terkait materi tahap 2A, sudah dilakukan diseminasi ke semua sekolah.
Hadiatollah Kepsek di SDN Hijrah sekaligus Fasda Pembelajaran mengatakan, sudah ada pengalaman tentang proses menyusun CP, ATP dan modul ajar saat program sekolah penggerak.
Tetapi dari pelatihan ini, ia merasa materinya lebih mendalam, terutama bagaimana proses penyusunan CP, TP, ATP hingga modul ajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
“Dari pelatihan 2B ini saya memiliki pengalaman lebih dan wawasan baru terkait kurikulum merdeka,” kata Hadiatollah.
Sebagai Fasda, tentu ia akan menyampaikan materi kepada guru sekolah sasaran program di Kecamatan Plampang.
Sebelum masuk ke materi 2B, ia akan meminta para guru terlebih dahulu memahami materi 2A.
“Saya akan repleksi dulu nanti, penyegaran sebelum masuk ke materi 2B,” imbuh Hadiatollah.
Adapun tantangan saat pelatihan bagi guru nanti, pasti ada muncul beragam pendapat. Sebagai fasilitator, ia harus bisa mendorong diskusi dan mencoba mencari solusi bersama.
“Guru harus banyak membaca, dan belajar mandiri melalui PMM jadi lebih mudah memahami materi 2B nanti,” harap Hadiatollah.
Sementara, menurut Pengawas MI Aksa SPd MPd, TOT 2B ini menjadi inti kurikulum merdeka. Ia mengakui, materinya bertahap-tahap, khususnya pada sekolah yang baru pada tahap IKM mandiri belajar.
Aksa sangat siap melanjutkan materi 2B pada guru di sekolah sasaran khususnya di Kecamatan Labuhan Badas.
“Siapa tahu di lapangan nanti ada guru yang sudah mempelajari lebih dulu, kita harus bisa jawab,” katanya.
Sementara, Zul Hayat SPd, Pengawas SD di Kecamatan Moyo Hilir mengatakan, materi pelatihan 2B ini masih belum cukup mendalam, meski dari CP ke ATP sudah ada dalam bentuk pelevelan, tetapi fasda perlu memperdalam lagi dengan mencari sumber lain misalnya membuka Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Mungkin tujuannya supaya guru maupun Fasda bisa berinovasi dan memgembangkan sendiri CP ke ATP itu,” ujarnya.
Sedangkan, modul ajar dari awal komponennya sudah sesuai walaupun hasil asesmen dan refleksi akhir belum terlihat.
“Saya siap mengisi materi dan menyampaikan kepada guru yang ditugaskan di Kecamatan Sumbawa. Saya akan perdalam lagi materinya melalui PMM juga,” sebut Zul.
Karena kurikulum merdeka adalah hal yang baru maka implementasi harus sesuai kesiapan sekolah dalam memilih mandiri belajar, berubah maupun berbagi.
Di Kecamatan Sumbawa sambung Zul, pembelajaran berdifrensiasi dan asessment diagnostik belum berjalan optimal. Hal itu terlihat dari pembelajaran yang masih klasikal sesuai kurikulum 2013.
“Hanya administrasi saja yang berubah ke KM, padahal esensi di proses artinya ini butuh waktu dan perubahan pola pikir guru,” ungkap Zul.
Pada pelatihan IKM 2B kali ini, hari pertama peserta mendapatkan materi tentang evaluasi pelaksanaan assesmen awal kemampuan membaca siswa. Hal itu untuk mengetahui level kemampuan literasi siswa dan modal penting dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Selanjutnya, peserta memahami Capaian Pembelajaran (CP) untuk menghasilkan Tujuan Pembelajaran (TP) dan meletakkan TP-TP pada level yang sesuai (ATP).
ATP yang tersusun sesuai level tersebut akan menjadi petunjuk penting bagi guru dalam menyusun Modul Ajar (MA).
“Dengan demikian maka siswa akan dibelajarkan sesuai kemampuan dan kebutuhannya. Akhirnya kita berharap siswa akan mencapai CP sesuai fase,” kata Trainer Arif SPd MPd.
Di hari kedua, peserta diberikan pembekalan yang lebih mendalam terkait penyusunan modul ajar dan pengenalan buku bacaan berjenjang sesuai level kemampuan siswa.
“Saya awalnya bingung ada warna dibelakang buku bacaan berjenjang itu. Ternyata setelah mendapatkan penjelasan warna sampul buku menunjukan level kemampuan literasi siswa,” kata Fasda Pembelajaran Asminingsih, SPd. SD.
Perwakilan INOVASI Dr. Ali Akrom menyampaikan, repleksi dan pendalaman penting dilakukan setelah mengikuti pelatihan. Fasda diharapkan dapat mengulang kembali materinya.
Pembelajaran yang efektif, perlu banyak focus pada outcome seperti memproduksi tulisan, menerapkan dan evaluasi karena selama ini banyak yang hanya fokus pada input seperti mengikuti pelatihan saja.
“Terima kasih atas keaktifan bapak ibu selama dua hari pelatihan, semoga dapat disebarkan kepada guru sasaran dengan maksimal,” harapnya.
Rangkaian materi yang diberikan ini membuka kesempatan yang lebih luas bagi para fasda pembelajaran untuk melakukan diskusi dan refleksi terhadap praktik mengajar yang diterapkan sampai dengan tantangan yang akan dihadapi di sekolah saat proses pendampingan uji coba implementasi kurikulum merdeka. (Nuansa)