Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kabupaten Sumbawa telah menyiagakan tim untuk melakukan penyelamatan dan pencarian dalam keadaan bencana. Tim ini akan bekerja dibawah koordinasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa.
“Jadi intinya bukan saja kami memadamkan api, tapi kami menyelamatkan. Apakah itu manusia, hewan dan kendaraan. Tentu pemadam kebakaran sudah luas tupoksinya. Dimusim hujan ini, intensitas kita kegiatan kita lebih kepada siaga penyelamatan. Meskipun juga siaga dengan potensi kebakaran,” kata A. Malik, Sekdis Damkar dan Penyelematan Kabupaten Sumbawa, Jum`at (28/10).
Ia menegaskan, tim tersebut telah disiapkan dan siaga selama 24 jam sehari untuk merespon keadanaan kebencanaan, dibawah koordinasi BPBD.
“Kami sudah mempersiapkan tim siaga bencana, tentu dengan kepasitas kami sebagai pemadam kebakaran dan penyelamatan, karena leading sektornya ada BPBD. Kami sifatnya membantu dan masuk dalam kategori tim. Kami sudah siap. Tim kami siaga kebencanaan dan kebakaran di musim hujan. Dimusim hujan kan dua bencana di Sumbawa yang dominan, itu banjir dan longsor. Kami secara personel sudah siap berbagung dengan BPBD untuk melakukan penyelamatan dan pencarian, Bersama-sama bergerak,” jelas dia.
Ditempat yang sama, Abdul Haris, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kebakaran dan Penyelamatan Kabuaten Sumbawa mengatakan, sedangkan terkait penanganan kebencanaan khususnya kebakaran, perlu dibuka zona baru. Antara lain zona Lopok-Lape, Empang-Tarano, Lunyuk, Lantung-Ropang, dan Moyo Hulu.
“Didalam renstra 5 tahun dinas pemadam kebakaran itu, kami masih butuh membuka zona baru. Ada 6 zona baru yang kami rencanakan untuk dibuka. Tapi inipun tergantung kemampuan keuangan daerah. Sebab bukan hanya sarana nanti yang harus dipenuhi, tetapi juga SDM dan pembiayaannya,” kata dia.
Dikatakan, renana pembukaan enam zona tersebut, untuk mengejar aturan kemendagri nomor 114 tahun 2018, bahwa respon time 15 menit. “Enam zona ini juga belum mampu mencapai respon time 15 menit, tapi minimal mendekati,” ucapnya.
Dicontohkan, jika terjadi kebakaran di wilayah Kecamatan Lape dan Lopok, tidak bisa direspon 15 menit dari Mako atau kota sumbawa besar. Dan juga tidak bisa direspon 15 menit dari zona Plampang. Demikian pula dengan zona-zona yang direncanakan lainnya.
“Mudah-mudahan, karena kemarin juga sempat disuarakan oleh teman-teman DPRD, camat lunyuk, dan masyarakat. Makanya lunyuk itu menjadi prioritas oleh bupati dan wakil bupati. Mudah-mudahan, anggaran untuk pengadaan armada termasuk perbaikan dua unit yang sudah kami rencanakan, tergantung kebijakan pimpinan,” jelas dia, dan berharap, pemerintah daerah dapat menganggarkan untuk pengadaan armada baru, dan perbaikan dua unit di tahun 2023 mendatang.
Ia juga berharap, masyarakat memahami apabila armada pemadam tiba dilokasi kebakaran lebih dari 15 menit sejak pemberitahuan. “Ini yang harus dipahami oleh masyarakat. Misalnya tim kami tiba diwilayah bencana yang jaraknya diatas 15 km. Terus tiba diatas 15 menit sejak pemberitahuan, itu bukan hal yang kami sengaja,” ucapnya.
Selain itu, agar masyarakat dapat memberi ruang kepada unit pemadam kebakaran yang sedang menuju lokasi bencana. “Kedua, kesadaran masyarakat kita di jalan untuk memberi ruang kepada armada belum masih rendah. Kita berangkat ke titik bencana sudah pakai serine berbunyi, lampunya menyala, kadang tidak mau membuka jalan,” tuturnya.
Ia menjelaskan, selain itu, ambulance yang dimiliki dan dibawa ke lokasi kebakaran, tidak untuk melakukan pertolongan dilokasi. Tetapi untuk membawa korban, dari lokasi kebakaran menuju pelayanan Kesehatan terdekat.
“Kemarin sempat ada kejadian. Masyarakat salah paham dengan keberadaan ambulan kita,” ujarnya. (Nuansa/**)