Musakara Rea LATS 2022, Ini Manik Kemutar Sultan Sumbawa dan Pesan Buya Zulkifli

oleh -1190 Dilihat
oleh

Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah,. membuka secara resmi Musakara Rea Lembaga Adat Tana’ Samawa (LATS) tahun 2022 di Istana Dalam Loka, Sabtu (29/10/2022).

Acara pembukaan ini merupakan salah satu rangkain kegiatan Musakara Rea yang telah dimulai sejak Jumat 28 Oktober dan akan ditutup pada Minggu, 30 Oktober 2022.

Turut hadir pada kegiatan Musakara tersebut, Bupati Sumbawa, Drs H Mahmud Abdullah, Wakil Bupati Sumbawa, Hj. Dewi Noviany, S.Pd., M.Pd., Ketua DPRD Sumbawa, Abdul Rafiq, Anggota Forkopimda.

Kemudian, hadir pula Ketua LATS Kabupaten Sumbawa dan para pengurus serta perwakilan LATS Kabupaten Sumbawa Barat yang dalam hal ini hadir Dr. K.H. Zulkifli Muhadli, S.H., M.M., para Budayawan samawa dan beberapa tokoh adat budaya samawa lainnya.

Musakara rea LATSGubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Zulkieflimansyah, M.Si. Dalam sambutannya mengatakan bahwa, ada antusiasme yang besar dari masyarakat Sumbawa terhadap bangkitnya adat dan menguatnya identitas dan hal ini, sejalan dengan revolusi teknologi.

“Di masa depan, mungkin handphone ini sudah tidak ada. Tato chip yang akan ditanamkan dalam kulit kita untuk berkomunikasi.

Dengan hal-hal seperti ini bagaimana peran adat dalam menjawab tantangan kedepan. Adat bukan terkait masa lampau semata, tetapi juga ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab adat terkait masa depan.

iklan

Menurut Bang Zul sapaan akrabnya, Sultan Sumbawa sangat terbuka, beliau hadir lebih dulu mendahului zamannya. Sultan Muhammad Kaharuddin IV adalah tokoh global, karena pemikiran-pemikiran yang dimiliki dapat melahirkan kebijakan-kebijakan terkait adat yang tidak hanya berdampak bagi orang lokal namun juga bagi dunia global.

BACA JUGA  PT PIS Apresiasi Dit Polair Polda NTB dalam Penanganan Kebakaran Kapal di Ampenan

“Satu lagi yang membuat saya sangat terkesan pada Sultan Muhammad Kaharuddin IV yaitu beliau selalu memiliki visi keberagaman dan berpikir jauh ke depan,” pungkas Bang Zul.

Sementara itu, Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV menyampaikan Manik Kemutarnya, yang berisi antara lain, pentingnya Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) menangkap tanda-tanda zaman karena perubahan dunia yang sangat cepat.

LATS menurut Sultan adalah milik seluruh Tau Samawa sehingga peran serta masyarakat harus ada dalam setiap lini LATS dengan syarat harus memiliki pengetahuan, kemampuan, kemauan untuk bergiat dalam kemajuan adat, bekerja ikhlas, dan mau bekerja bersama-sama.

Sedangkan, di tingkat global, perubahan sangat luar biasa, sehingga diperlukan suatu pegangan (parenti) bagi Tau Samawa agar dapat memiliki ketahanan dan benteng untuk beradaptasi dengan zaman yang terus berubah.

BACA JUGA  Kapolda NTB Pimpin Apel Gelar Pasukan Pengamanan Pilkada Serentak 2024 di Sumbawa

Tugas LATS ke depan, agar bersama-sama dengan masyarakat menguatkan kembali adat dan identitas Tau Samawa sehingga dapat menjaga Marwah dan Martabat Tau Tana Samawa, jelas YM Sultan.

“Kita tidak menafikkan sejarah, namun kita harus bisa menentukan sikap bahwa kita tidak lagi kembali ke belakang, dan tidak lagi membaca sejarah melalui kacamata zaman dulu. Namun mengambil kebaikan-kebaikan dari nilai-nilai adat kita yang masih relevan untuk mencapai Kerik Selamat Tau Tana Samawa,” tutup YM Sultan.

Adapun di sela acara pembukaan Musakara, Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV mengumumkan bahwa Muhammad Yakub Daeng Kusuma Dewa sebagai Pariwa Adat LATS Kabupaten Sumbawa yang baru.

Sementara itu, selaku Pariwa Adat LATS Kamutar Telu Dr. K.H. Zulkifli Muhadli, SH,. MM,. sebagai Keynote Speaker menyampaikan presentasinya yang berjudul Adat Barenti Ko Syara’, Syara’ Barenti Ko Kitabullah.

Menurut Buya Zulkifli, masyarakat Sumbawa dan Sumbawa Barat patut berbangga dan bersyukur karena memiliki Sultan yang sebagian besar daerah tidak memilikinya.

BACA JUGA  Khutbah di Masjid Kebayan, Kapolsek Eko : Puasa Tanpa Sholat Hukumnya Tertolak

Karena itu patut juga kiranya untuk mempertahankan kesultanan ini sebagai identitas Tau dan Tana Samawa. Dengan identitas inilah membuat Tau Samawa memiliki harga diri.

“Identitas itu ada dua yakni identitas statis seperti KTP, sidik jari, etnis, agama, dan bahasa. Dengan identitas tersebut, orang bisa dikenal dari asalnya, agamanya dan bahasanya,” ujar Mantan Bupati KSB 2 Periode ini.

Kemudian, identitas dinamis, yang merupakan identitas yang gampang sekali berubah. Identitas ini adalah tradisi dan adat. Identitas tersebut mudah dipengaruhi oleh budaya asing. Banyak sekali budaya luar yang melakukan penetrasi sehingga mengancam tergerusnya adat dan budaya Samawa.

Karena itu tradisi dan adat Samawa ini harus diselamatkan. Untuk menyelamatkannya adalah dengan ideologi. Dan ideologi Tau Samawa adalah “Adat Barenti Ko Sara, Sara Barenti Ko Kitabullah” yang kemudian diimplementasikan ke dalam sikap “Ketakit Ko Nene’ Kangila Bola Lenge” sehingga dapat mencapai “Kerik Selamat Tau Ke Tana Samawa”.

“Jadi, apapun alasannya, Kesultanan Sumbawa harus kita pertahankan untuk menjadi benteng bagi “Kerik Selamat Tau Ke Tana Samawa,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.