Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Melimpahnya bibit lobster di lombok hingga 10 juta setiap tahun namun yang mampu dibudidayakan hanya 1 juta saja dan ini merupakan tantangan bagi akademisi dan pelaku perikanan di NTB.
Terlebih teknologi budidaya lobster belum dikuasai secara nasional sehingga kelebihan bibit ini membuat importir berusaha menjualnya secara ilegal dengan cara menyelundupkan.
“Hanya 10 persen yang bisa kita budidayakan itupun teknologinya alami dari nelayan kita. Tentu ini merupakan tantangan bagi akademisi di Indonesia terlebih di NTB yang bahan bakunya melimpah,” ungkap Legislator NTB, Ir. H. Achmad Sukisman Azmy, M.Hum,. dalam keterangannya, Kamis (17/08/2023).
Lanjutnya, kerjasama antara pemerintah pengusaha dan akademisi perlu dilakukan agar budidaya lobster ini berhasil. Mengingat potensinya yang sangat besar seperti jumlah dan jenis pakannya. Suhu udara kandungan oksigen dll sehingga pertumbuhannya lebih cepat.
“Potensi lainnya NTB adalah 3 provinsi terbesar di indonesia penghasil garam. Demikinan juga dengan rumput laut terbesar ke 4 di Indonesia,” jelas Haji Sukisman.
Sedang mutiara kata Haji Sukir, NTB terbesar di indonesia setelah sukses alih teknologi budidayanya dari Jepang. Sementara udang yang dibudidayakan di tambak saat ini sedang bersinar di pasar internasional.
“Kita harus mengakui keunggulan Vietnam yang berhasil membudidayakan lobster. Tantangan ini harus melecut akademisi dan pihak terkait sehingga tidak terdengar lagi ekspor bibit lobster secara gelap sehingga pengusaha ditahan pihak berwajib,” terangnya.
Keberhasilan NTB membudidayakan mutiara, udang, Rumput laut dll merupakan tantangan bagi NTB mengingat potensi budidaya perikanan NTB sangat menjanjikan.
Sukisman juga menjelaskan bahwa, beberapa tantangan lain untuk budidaya perikanan NTB secara umum yang harus diatensi untuk menambah pendapatan dan PAD diantaranya :
1. Perlunya teknologi budidaya lobster di kembangkan agar bibitnya yang melimpah bisa dibudidayakan nelayan
2. Sebagai penghasil garam terbesar ke 3 di Indonesia perlu bantuan pemasaran ke pabrik pabrik dan industri dan olahan garam lainnya sehingga harganya lebih baik lagi.
3. Banyaknya kawasan konservasi membutuhkan bantuan pusat untuk budidaya dan perlindungan
4. KUR sulit diterapkan untuk nelayan kecil karena harus menggunakan agunan disaring harus BI ceking
5. Perlunya SDM untuk olahan hasil ikan rumput laut dll agar harganya menjadi lebih baik.
6. Tercemarnya laut akibat pestisida dari lahan jagung yang gundul disamping sampah plastik dll
7. Cold store masih dirasakan kurang untuk hasil menampung hasil tangkapan yang melimpah. Termasuk membawa ikan tangkapan dari laut ke darat.
8. Perlunya gudang untuk penyimpanan garam
9. Masih kurangnya solar subsidi yang dibeli nelayan terutama di kawasan pedesaan.