Mataram, NuansaNTB.id- 06 Juli 2024
Merujuk pada regulasi Permenaker no. 09 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dalam Pekerjaan Ketinggian, dimana Bekerja pada ketinggian / Working at Height memiliki potensi bahaya yang cukup besar di setiap pekerjaan konstruksi dan pekerjaan lainnya.
Undang-Undang mengamanatkan kewajiban terhadap penyelenggara kerja wajib menjelaskan mengenai resiko terhadap setiap bidang pekerjaan, termasuk bekerja pada ketinggian ini.
Selain itu penyelenggara kerja juga harus diwajibkan untuk memperkerjakan pekerja yang sudah mengerti tentang K3 di dalam bekerja ketinggian ini, maka dari itu setiap pekerja diharuskan memiliki sertifikasi yang salah satunya adalah sertifikasi Kompetensi TKPK 1 Kemnaker RI.
Sehubungan dengan hal tersebut, Bale Gemilang Institute bekerjasama dengan tim Vertical Rescue Indonesia mengadakan Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi K3 Pada Ketinggian yaitu Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat I (TKPK I) Perdana di NTB mengingat potensi pekerjaan ketinggian di NTB sangat besar.
“Para pegiat rope acces di NTB ini sudah kompeten dalam aktivitasnya, hanya saja sedikit sekali yang dibekali dengan pengakuan dari Pemerintah yaitu Sertifikasi TKPK dr Kemnaker RI, oleh karena itu, kami BG Institute mencoba mendekatkan mereka dengan regulasi melalui proses pelatihan dan sertifikasi yang langsung diadakan di Mataram,” ujar A. Nurullah selaku PIC di Mataram.
Dijelaskan Nurullah, sasaran dari sertifikasi ini adalah para pegiat pencinta alam, tim SAR, BPBD, Damkar, dll yang segala aktivitasnya berhubungan dengan Ketinggian.
Kegiatan ini lanjutnya, dilaksanakan pada tanggal 1-6 Juli 2024 dan dibagi dalam 3 sesi, yaitu bimbingan teknis di lapangan oleh instruktur Associaton Rope Acces Indonesia yang merupakan Tenaga Ahli dari Vertical Rescue Indonesia yaitu Pak Data Pela di Gelanggang Pemuda dan Olahraga Mataram-NTB selama 5 hari dari tanggal 01-05 Juli 2024.
“NTB ini punya kue yang sangat besar berkaitan dengan pekerjaan ketinggian, baik project infrastruktur di Lombok maupun industri yang ada di wilayah Pulau Sumbawa, oleh karena itu sudah saatnya masyarakat sekitar dapat menerima manfaatnya dari kompetensi yang dimiliki,” ungkapnya.
Sedangkan di sesi kedua Materi kelas yang disampaikan langsung oleh Kabid Pengawasan K3 Disnaker NTB, Irwan tentang Regulasi bekerja ketinggian yg ada di indonesia.
“K3 itu dimulai dari diri sendiri. Prinsipnya K3 itu kalau ada potensi bahaya, harus dihindari, kalau tidak bisa hindari, hilangkan, dan kalau tidak bisa kedua duanya terakhir kita harus menggunakan APD,” jelas Kabid Pengawasan K3 NTB.
Sementara di sesi terakhir yaitu Uji Kompetensi dari Kemnaker RI via Zoom di Tuwa Kawa Coffe & Roastery.
Kegiatan perdana ini diikuti oleh 9 orang yaitu dari berbagai latar belakang dan setelah melalui proses Uji Kompetensi ke 9 peserta dinyatakan Kompeten.
Di akhir sesi Kadisnaker NTB, I Gede Putu Aryadi, S. Sos., M.H, memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terlaksananya kegiatan tersebut.
“NTB saat ini merupakan destinasi yang luar biasa baik dari sisi Pariwisata maupun dari proyek-proyek strategi nasional, di Lombok ada KeK Mandalika harusnya ada sekian hotel bintang 5, dan infrastruktur lain ada gedung-gedung tinggi, pusat perkantoran yang terus berkembang, sedangkan di Pulau Sumbawa ada Smelter yang terus berkembang,” ungkapnya.
“Saya beberapa bulan sempat negur karena ada beberapa kecelakaan, pembangunan kantor bangunan tinggi Bank NTB Syariah, pembangunan kantor kesehatan hewan di Lembar, pekerja di situ mengerikan betul seolah-olah tidak ada pengawasan, tidak ada instruktur bekerja di Ketinggian. Bahkan pembangunan bank NTB Syariah menelan korban meninggal dunia,” terangnya.
Di lembar misalnya bekerja di lantai 5 tanpa pengaman dan standar prosedur, artinya pengawasnya tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup memenuhi seperti bapak-bapak yang memiliki sertifikat kompetensi. Ini menjadi catatan penting karena kita terus mendapat sorotan, oleh karena itu saya terus mendorong agar pekerja-pekerja kita memiliki kompetensi sesuai kebutuhan produksi,” harapannya. (*)