Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Dewan Pendidikan Kabupaten Sumbawa (DPKS) menyambangi sejumlah sekolah di wilayah Korwil Kecamatan Moyo Utara.
Kunjungan yang dilakukan Kamis (1 Agustus 2024) ini untuk melihat dari dekat kondisi sekolah dan keberlangsungan proses belajar mengajar. Kali ini kunjungan dilakukan di SDN Songkar, Kecamatan Moyo Utara.
Kehadiran Sanapiah, S.Pd, Junaidah Iriani, S.Pd dan Erma Suryani M.Pd—tiga anggota DPKS ini, disambut hangat oleh Korwil Moyo Utara, Hj. Rabiatil dan 12 orang kepala sekolah.
Dalam sambutannya Hj Rabiatil menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada seluruh Anggota Dewan Pendidikan yang bersedia melakukan kunjungan atau monitoring ke sekolah wilayah koordinasinya yakni Moyo Utara. Semua kepala sekolah di wilayah Moyo Utara dihadirkan untuk menyampaikan persoalan atau kendala yang dihadapi di sekolahnya masing-masing. Secara umum permasalahan semua sekolah ini berkaitan dengan ketersediaan sarana prasarana yang dirasakan belum memadai.
Pada kesempatan itu, Kepala SDN Songkar, Drs. Halimah menyebutkan satu lokal gedung sekolah masih berstatus asset pemerintah pusat. Ia berharap gedung tersebut bisa dialihkan menjadi aset kabupaten sehingga bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh sekolah. Pasalnya sekolahnya masih kekurangan ruangan guru dan kepala sekolah.
Kemudian Kepala SDN Ai Bari, Sofyan, S.Pd menyampaikan bahwa sekolahnya tidak memiliki tenaga pendidik (guru) untuk mata pelajaran PKN, dan tenaga kependidikan (tendik). Semua kegiatan dan pekerjaan pada tendik dikerjakan oleh guru. Sofyan juga mengaku sekolahnya belum memiliki rumah dinasdan tempat singgah para guru. Sebab banyak guru di SDN Ai Bari berasal dari daerah luar Moyo Utara seperti Plampang dan Kota Sumbawa. Yang sangat miris ungkap Sofyan, saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) belum lama ini. Sekolahnya tak satupun mendapat siswa baru karena semua mendaftar di SMP 1 Moyo Utara SATAP.
Berikutnya, SDN Kukin yang diwakili guru setempat, Mustamin, S.Pd. Ia mengungkap kondisi ruangan guru yang sangat memprihatinkan. Sedangkan untuk pengembangan diri, Ia berharap kedepan ada pelatihan bagi gurunya berkaitan dengan peningkatan kemampuan dalam menyusun proses pembelajaran P5 terutama penerapannya dalam mata pelajaran PJOK.
Di tempat yan sama, Kepala SDN Baru, Aminollah, S.Pd mengaku sekolahnya tidak memiliki ruang guru sehingga terpaksa memanfaatkan ruangan kelas.
Kepala SDN Tahan, Elmiyati, S.Pd menyampaikan kondisi sekolahnya yang cukup mengenaskan. Jumlah ruangan sangat terbatas. Untuk menyiasatinya, satu ruangan digunakan oleh dua kelas dengan cara disekat. Kelas 1 dan kelas 2 hanya dipisahkan dengan triplek sehingga proses pembelajaran sering terganggu. “Sekolah kami juga tidak memiliki kamar mandi, dan tempat ibadah. Untuk melaksanakan sholat menggunakan ruangan kelas,” imbuhnya.
Kepala SDN Penyaring, Eka Laelani, S.Pd. SD, menyampaikan saat ini dalam pembelajaran sekolahnya telah melakukan berbagai upaya peningkatan mutu. Di antaranya menjalin kerjasama dengan FKIP UNSA untuk pelatihan bagi gurunya. Sedangkan kondisi fisik sekolah cukup memprihatinkan. Tidak ada tutup jendela pada setiap ruangan. Yang paling mengkhawatirkan adalah tembok sekolah bagian belakang yang sudah ambruk. Untuk mengamankan barang elektronik sekolah agar tidak hilang, para guru sepakat untuk menitipkannya di rumah guru. “Semoga ke depan pemerintah bisa membantu,” pintanya.
Berikutnya, Kepala SDN Limung, Syamsuddin, S.Pd yang mengaku masih terkendala dengan ketersediaan guru Bahasa Inggris. Dia berharap ada solusi untuk memenuhi kurikulum pendidikan terutama dalam memberikan pengetahuan Bahasa Inggris kepada siswa.
Sementara Kepala SDN Senampar, Sarjana, S.Pd, Kepala SDN Pungkit dan Kepala SDN Omo, berharap adanya realisasi bantuan dari pemerintah terkait ketersediaan sarana dan prasarana di sekolahnya yang sudah tidak layak. Seperti WC, ruang kelas dan tembok sekolah yang sudah roboh.
Semua kepala sekolah ini berharap melalui Dewan Pendidikan untuk semua aspirasi mereka bisa didengar oleh pemerintah mengingat dalam memajukan kualitas pendidikan tidak hanya dari proses belajar mengajar, melainkan juga dari ketersediaan sarana yang memadai. (*)