Sumbawa Besar, NuansaNTB.id- Bakal Calon Gubernur NTB, Dr Lalu Muhammad Iqbal dalam sebuah profil singkatnya menjelaskan bahwa, Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah provinsi berjuta potensi. Diberkahi sumber daya alam melimpah, bentang alam indah, serta kekayaan budaya, NTB memliki segala persyaratan untuk menjadi daerah yang maju dan sejahtera.
Ditambah dengan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus KEK) Mandalika, semakin memperkuat keyakinan bahwa NTB dapat melaju kencang. Tidak hanya unggul ditingkat lokal, NTB sejatinya mampu melangkah jauh dikancah intemasional.
Namun faktanya, NTB belum terbangun dari tidurnya yang panjang. Harapan unluk melaju kencang, masih tertahan dengan begitu kompleksnya permasalahan pembangunan. Jangankan melangkah ditingkat global, dengan tetangga sekitar pun NTB masih tertinggal. Hingga 2023 NTB berada dirangking 8 provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi sebesar 13,98 persen atau sebanyak 751.230 orang.
Kemiskinan ditingkat desa terus mengalami kenaikan dibanding wilayah perkotaan, dari 13,66 naik menjadİ 13,95 kondisi tersebut menggambarkan belum, meratanya pembangunan, sehingga menimbulkan ketimpangan antara desa dan kota seperti tergambar dalam gini rasio diangka 0.375. Ditambah dengan pengangguran juga cukup tinggi serta kualitas SDM juga masih dilevel rata-rata, menjadi tantangan pembangunan NTB dimasa depon. Situas memprihatinkan, pada daerah dengan beragam keunggulan.
Sektor pariwisata yang menjadi tumpuan, juga belum maksimal dikembangkan. Dengan patensi yang kurang lebih sama, NTB semestinya tidak boleh kalah dari Pulau Dewata. Namun data dan fakta menunjukkan kondisi berbeda. Berdasarkan sumber Dinas Pariwisata NTB 2023, angka kunjungan wisatawan masih stagnan di 3,5 juta per tahun, sementara Bali telah mencapai 10 juta kunjungan per tahun. Lama tinggal wisatawan di Lombok juga hanya 2,1 hari, sedangkan di Bali bisa mencapai 10 hari. Tıngkat kunjungan kembali ke Lombok pun juga rendah dibanding Bali, menunjukkan kepuasan wisatawan selama di Bali lebih tinggi dibandingkan tinggal di NTB, Kondisi tersebut tergambar dari pengeluaran wisatawan di Lombok yang hanya sebesar 11 Triliun sedangkan Bali mencapaİ 100 riliun.
Sementara itu di sisi Iain, ketiadaan visi dan inovasi membuat begitu banyak potensi belum maksimal tergali. Ditambah dengan keterbatasan relasi dan keengganan untuk berkolaborasi, upaya perbaikan menjadi susah untuk dilakukan. Ke depan. NTB membutuhkan visi dan energi baru untuk mengejar ketertinggalan. Visi yang dibangun dari optimisme bahwa NTB BANGKIT dengan semangat KEBERSAMAAN, bukan bertumpu Pada segelintir orang dan golongan, apalagi membedakan suku dan kewilayahan. NTB juga harus bersiap menatap masa depan dengan mengoptimalkan semua keunggulan. Bukan terjebak pada kenangan masa silam, yang sudah jauh berbeda antara dahulu dan sekarang. NTB memiliki modal kuat untuk menjadi hebat, apabila dikelola secara tepat. Sektor pariwisata menjadi energi untuk bangkit dan berakselerasi. Tidak hanya menyamai Pulau Dewata, NTB pun mampu berkiprah dikancah dunia. (**)